Siapa Mau: Tips Beasiswa Keluar Negeri Dg IPK dan Bahasa Inggris Pas-pasan..


Ada yang merasa kemampuan bahasa Inggris-nya kurang, Skor TOEFL-nya nggak mencukupi, takut kuliahnya mahal, nggak punya biaya. Mau ikut tes beasiswa minder dengan pesaing-pesaing lain yang IPK atau nilai rapornya tinggi…

Adi2

Ternyata, semua masalah tersebut ada solusinya. Kuliah ke luar negeri itu mudah, asal tahu caranya.

Berikut ini adalah cerita dari Adi, seorang mahasiswa Indonesia yang sekarang kuliah S-2 dengan beasiswa di Rusia. Boleh dibilang, perjalanan Adi untuk bisa kuliah ke luar negeri berliku-liku. Ia bukan termasuk pelajar yang rajin. Lebih suka main dan jalan-jalan daripada belajar. Alhasil, prestasi akademisnya pas-pasan banget. Ia bahkan sering mendapat teguran dari para pengajarnya.

Ingin mencoba tantangan lain, Adi-pun memberanikan diri untuk kuliah ke luar negeri. Tentu, hal ini nggak gampang, mengingat nilai rapor dan kemampuan bahasa Inggris-nya pas-pasan banget.

Setelah melalui riset yang cukup panjang di internet dan mengikuti tes-tes beasiswa (berkali-kali gagal), Adi akhirnya berhasil merumuskan sebuah formula. Setelah formulanya diterapkan, ia langsung diterima kuliah S-2 di Rusia. Dengan beasiswa pula!

Nah, berikut tips-tips yang Adi lakukan untuk mendapatkan beasiswa di luar negeri dengan kemampuan bahasa Inggris dan IPK pas-pasan :

1. Buat motivation letter yang meyakinkan

“Motivation Letter” adalah surat motivasi yang menceritakan tentang “alasanmu belajar di negara tersebut”. Biasanya, motivation letter dikirimkan bersama dengan dokumen untuk persyaratan beasiswa.

Nah, selama ini, banyak pelamar beasiswa yang menganggap remeh kekuatan motivation letter. Padahal, surat ini akan terus menjadi pertimbangan pemberi beasiswa dan akan dilihat lagi ketika tes wawancara. Oleh karena itu, pastikan untuk membuat surat motivasi yang berkesan, disajikan dengan rapi, unik, dan berbeda dengan surat motivasi standar.

2. Cari surat rekomendasi yang kuat

Minta rekomendasi dari setidaknya dua orang dosen atau guru yang benar-benar mengenal kemampuanmu. Akan lebih baik lagi jika guru atau dosen tersebut sudah punya pengalaman mengikuti seminar internasional, atau sudah mempublikasikan jurnal internasional.

Surat rekomendasi dan motivation letter adalah faktor penentu yang cukup signifikan saat melamar beasiswa. Ada banyak kasus di mana banyak mahasiswa yang berhasil mendapatkan beasiswa, padahal nilai rapor, IPK, bahasa Inggris, nilai tes dokumen, tes tertulis, dan tes wawancaranya biasa-biasa saja.

3. Cari beasiswa “pintu belakang”

Cara yang lebih cerdas adalah dengan mencari yang disebut “beasiswa pintu belakang”. Alih-alih mengikuti tes beasiswa yang pelamarnya ribuan orang, kamu bisa mencari jalur beasiswa “non-mainstream”. Bagaimana caranya? Kamu bisa mencoba:

  • Kontak universitas tujuanmu. Kirimkan CV dan riwayat pendidikan. Tanyakan apakah mereka membuka jalur beasiswa independen.
  • Kontak profesor di universitas tujuanmu. Sebisa mungkin, cari profesor yang sekiranya sudah pernah menulis buku di bidang-bidang yang sudah kamu pelajari. Tawarkan diri untuk membantu risetnya (tentu, kamu harus menjelaskan kompetensimu), dan mintalah dia untuk mendanaimu kuliah di sana. Jika sang profesor menilai kamu cukup kompeten, maka ia tak akan segan membayari kuliah S-2 mu di sana dengan uang pribadinya.
  • Kontak kakak kelas, kakak angkatan yang saat ini sudah di luar negeri. Mereka pasti sudah mengetahui langsung kondisi “medan” di negara asing. Mereka juga pasti mengetahui jalur-jalur khusus untuk mendapatkan beasiswa-beasiswa “jalur belakang”.

4. Tampil meyakinkan saat tes wawancara

Penampilan yang meyakinkan saat tes wawancara bisa membuat pemberi beasiswa melupakan IPK, kemampuan bahasa Inggris, atau hasil tes sebelumnya yang pas-pasan. Oleh karena itu, berikan kesan profesional, cerdas, dan bertanggungjawab saat kamu berada dalam tes wawancara.

5. Pilih negara-negara yang menggunakan bahasa non-Inggris sebagai media pengajaran

Biasanya, negara-negara non-bahasa Inggris tidak menuntut skor TOEFL/IELTS terlalu tinggi. Di negara-negara ini, kamu sering diberi kesempatan untuk belajar bahasa non-Inggris tersebut dari awal.

Seperti pengalaman Adi, ketika mendapat beasiswa di Rusia, tahun pertamanya ia habiskan untuk belajar bahasa Rusia. Pandai-pandailah mencari negara yang juga mau memberikan beasiswa pada saat proses belajar bahasa tersebut.

Nah, itulah tips-tips dari Adi, yang bisa kamu gunakan untuk mencari beasiswa di luar negeri.

Untuk membantu mahasiswa Indonesia meraih beasiswa ke luar negeri,
Adi menulis buku yang berjudul Jurus Kuliah ke Luar Negeri

Selengkapnya baca disini